Mengenai Saya

Foto saya
jika saya menilai diri saya sendiri maka sudut subjektif akan selalu menemani dengan setia maka alangkah lebih baiknya pembaca blog saya yang menilai tentang saya.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Tato


Judul buku                  : Tato
Pengarang                   : Hatib Abdul Kadir Olong
Jumlah halaman           : 368
Penerbit                       : LKiS Yogyakarta
            Tato, sebuah kata yang kalau kita mendengarnya mempunyai konotasi buruk. Tato diindetikkan dengan kekerasan, penculikan serta pemerasan dan semua hal yang berbau kriminal. Tato adalah suatu hal yang dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia diperkotaan maupun dipedesaan dikarenakan stigma negatif akibat dari kegiatan pemerintah dalam tahun 1980an melakukan sapu bersih para preman yang diidentifikasi seseorang yang memakai tato.
            Namun sebenarnya tato bukanlah simbol bagi mereka yang melakukan tindak kejahatan, tato adalah sesuatu yang sakral. Sesuatu sebagai pertanda seorang manusia telah mengalami sesuatu hal maupun eksistensi diri diantara manusia yang lain dikelompoknya. Tato disini yang dimaksud adalah tato kaum yang jauh dari kesan glamor perkotaan. Tato kaum dayak, tato kaum mentawai, tato kaum tahiti dan tato kaum hawai. Tato tersebut dibuat untuk peristiwa – peristiwa yang sakral seperti laki laki yang beranjak dewasa, tato kepala suku, kemudian perempuan yang masih belum menikah maupun yang sudah menikah.
            Tato pada zaman sekarang mengalami ameliorasi ataupun pergeseran makna yakni tato yang tadinya sakral dengan lambang lambang kedaerahan atau tribal menjadi tato yang menjadi komunitas. Anak anak Punk jalanan (Punk Street) menggunakan tato sebagai simbol perlawanan mereka atas kemapanan, kemudian komunitas metal juga menggunakan tato untuk menambah kesan gahar terhadap musik yang mereka mainkan. Tato menjadi budaya tandingan (counter culture) dari budaya yang mapan sekarang. Tato adalah simbol anak muda yang banyak mempunyai waktu luang. Waktu luang itu sendiri terbagi dua yakni waktu luang bebas dari dan waktu luang bebas untuk. Yang dimaksud degan waktu luang bebas adalah bebas dari sistem, seperti pemahaman buku yang saya baca maka memakai tato adalah pemahaman bebas dari sistem yang mengatakan bahwa anak yang alim adalah berambut pendek, rapih dan tidak bertato. Sementara bebas untuk adalah bebas melakukan sesuatu tapi tetap didalam sistem dengan contoh bebas bermain sepak bola, bebas bermain kriket dan lain lain.
            Budaya sendiri ada karena pemikiran yang sudah ada selama ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu, budaya tersebut adalah budaya massa. Budaya yang disusun secara kolektiv dan menghasilkan kelompok yang meminjam bahasa Antonio Gramsci “hegemoni” dan inilah nantinya yang akan membuat pranata didalam masyarakat. Pada masa sekarang mungkin tato sudah menjadi konfromnitas pada masyarakat perkotaan, namun stigma bahwa tato adalah modernisasi adalah salah kaprah, tato sudah ada dari dahulu kala, diseluruh dunia pasti ada maupun telah mengenal kebudayaan menato tubuh. Namun seiring masuknya perkembangan Kristen dan Islam maka budaya tato mulai memudar karena dianggap berdosa (the other) serta mendapat cap kafir jika tidak menjalankan pertintah Tuhan. Itulah dinamika tato yang menjadi sebuah hal yang dianggap tabu namun menjadi simbol kebudayaan tandingan bagi anak muda yang bosan dengan keadaan yang mapan.  
9  juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar