“APA GUNA” Wiji Thukul
Apa Guna…
Punya Ilmu Tinggi…
Kalau Hanya.. Untuk Mengibuli…
Apa Guna… Banyak Baca Buku…
Kalau Mulut… Kau Buka Melulu…
Dimana-mana…
Rakyat dipaksa… Menjual Tanah…
Tapi..tapi.. tapi..tapi, Dengan harga Murah…
Dikota-kota…
Buruh dipaksa…
Bekerja Keras…
Tapi.. tapi..tapi… tapi, Dengan Upah Rendah…
Apa Guna…
Punya Ilmu Tinggi…
Kalau Hanya… Untuk Membodohi…
Apa Guna…
Banyak Baca Buku…
Kalau mulut… Kau buka Melulu…
Dimana-mana…
Rakyat dipaksa… Menjual tanah…
Tapi..tapi..tapi…tapi…
Dengan harga murah…
Dikota-kota…
Buruh dipaksa… Bekerja keras…
Tapi..tapi..tapi…tapi..
Dengan upah rendah…
Dimana-mana…
Moncong Senjata…
Berdiri gagah…
Kong-kalikong, dengan kaum Cukong…
syair tersebut cukup bersahabat dengan kehidupan kita saat orde baru,kita smua secara mayoritas menutup diri dengan keadaan sekitar, dipaksa oleh kekuasaan yang dzalim dan ditindas oleh para "oknum" aparat yang menyalak. Tapi Allah tiada tuli maupun buta, manusia yang menjadi perpustakaan berjalan (meminjam istilah Sukarno) sadar kalau pembusukan sistem politik diIndonesia sudah parah dan pada akhirnya Orde baru pun runtuh dengan simbol pak Harto .namun pada hakikatnya sistem KKN masih ada dan bermetamorfosis dizaman reformasi ini. secara statistik pemerintah pada zaman sekarang mengklaim lebih baik dalam bidang perekonomian namun ingatlah kesejahteraan tidak bisa dihitung secara kuantitas namun secara kualitas, majukan SDM kita dan Insya Allah "Allah akan merubah suatu kaum dengan kemaun kaum itu sendiri berubah" meminjam istilah bapak kapitalis Adam Smith "invisible hand".
syair diatas akan tetap abadi jika ketimpangan sosial terus menjadi hal yang lumrah. maka dimulai dari sekarang kita rubah dunia dimulai dari lingkup yang paling kecil, yakni KAMU YANG MEMBACA TULISAN INI. cukup dengan berbuat baik saja. Inya Allah bermanfaat.
Apa Guna…
Punya Ilmu Tinggi…
Kalau Hanya.. Untuk Mengibuli…
Apa Guna… Banyak Baca Buku…
Kalau Mulut… Kau Buka Melulu…
Dimana-mana…
Rakyat dipaksa… Menjual Tanah…
Tapi..tapi.. tapi..tapi, Dengan harga Murah…
Dikota-kota…
Buruh dipaksa…
Bekerja Keras…
Tapi.. tapi..tapi… tapi, Dengan Upah Rendah…
Apa Guna…
Punya Ilmu Tinggi…
Kalau Hanya… Untuk Membodohi…
Apa Guna…
Banyak Baca Buku…
Kalau mulut… Kau buka Melulu…
Dimana-mana…
Rakyat dipaksa… Menjual tanah…
Tapi..tapi..tapi…tapi…
Dengan harga murah…
Dikota-kota…
Buruh dipaksa… Bekerja keras…
Tapi..tapi..tapi…tapi..
Dengan upah rendah…
Dimana-mana…
Moncong Senjata…
Berdiri gagah…
Kong-kalikong, dengan kaum Cukong…
syair tersebut cukup bersahabat dengan kehidupan kita saat orde baru,kita smua secara mayoritas menutup diri dengan keadaan sekitar, dipaksa oleh kekuasaan yang dzalim dan ditindas oleh para "oknum" aparat yang menyalak. Tapi Allah tiada tuli maupun buta, manusia yang menjadi perpustakaan berjalan (meminjam istilah Sukarno) sadar kalau pembusukan sistem politik diIndonesia sudah parah dan pada akhirnya Orde baru pun runtuh dengan simbol pak Harto .namun pada hakikatnya sistem KKN masih ada dan bermetamorfosis dizaman reformasi ini. secara statistik pemerintah pada zaman sekarang mengklaim lebih baik dalam bidang perekonomian namun ingatlah kesejahteraan tidak bisa dihitung secara kuantitas namun secara kualitas, majukan SDM kita dan Insya Allah "Allah akan merubah suatu kaum dengan kemaun kaum itu sendiri berubah" meminjam istilah bapak kapitalis Adam Smith "invisible hand".
syair diatas akan tetap abadi jika ketimpangan sosial terus menjadi hal yang lumrah. maka dimulai dari sekarang kita rubah dunia dimulai dari lingkup yang paling kecil, yakni KAMU YANG MEMBACA TULISAN INI. cukup dengan berbuat baik saja. Inya Allah bermanfaat.
Liriknya ada yg salah itu,yang bener "apa guna banyak baca buku,kalau mulut kau bungkam melulu" bukan "kau buka melulu"
BalasHapusLirik itu mengajarkan untuk tidak hanya baca buku melulu,tapi juga berani bersuara,tidak hanya bungkam saja melihat penindasan disana sini,sindiran untuk kaum terpelajar yg cuma peduli pada ilmunya
BalasHapus