Mengenai Saya

Foto saya
jika saya menilai diri saya sendiri maka sudut subjektif akan selalu menemani dengan setia maka alangkah lebih baiknya pembaca blog saya yang menilai tentang saya.

Kamis, 18 April 2013

(sistem) UN Haruskah dilanjutkan??



Akhir-akhir ini kita disuguhkan tentang kekacauan ujian nasional U.N. ujian ini bersifat nasional tapi pada tahun2013 malah bersifat daerah, kenapa? Karena keterlambatan naskah soal dari pusat sehingga tiap daerah mempunyai waktu tersendiri melaksanakan UN, bahkan keterlambatan ini sampai 11 provinsi. Saya sedari dulu (dari awal mengikuti UN) adalah orang yang menolak sistem penilaian hasil siswa dengan UN. Memang sekarang menggunakan presentase 60% dari sekolah dan UN 40% tapi apa yang terjadi dilapangan? Hal itu malah membuat guru berlomba-lomba mengatrol nilai, padahal si guru lupa bahwa proses pendidikan bukan hanya soal nilai tapi moral. Demoralisasi manusia Indonesia juga mendapat pesentase dari kegagalan pendidikan kita yang bermuara pada hasil. Saya jadi teringat kata-kata Prof Yusril Ihza Mahendra “kita anti korupsi, tapi kita membangun sistem yang membuka peluang korupsi” inilah yang terjadi di pendidikan kita. Mereka pembuat kebijakan telah lupa, bahwa ingin bersaing dengan Singapura atau Malaysia boleh saja tapi dengan merampas kebebasan anak-anak untuk bermain dengan diberi bebean target nilai untuk mencapai hal tersebut adalah GILA! Kenapa saya sebut seperti itu? Karena tugas anak-anak adalah bermain, jika anak-anak sekarang sudah terlalu serius maka ketika dewasa dia akan memutar pikirannya bahwa sekaranglah, saat dewasa saya bisa bermain, maka jangan kaget saat Gus Dur pernah berkata bahwa DPR seperti taman kanak-kanak (miris).
                Harapan saya hanya sederhana, tulisan saya mengenai UN sudah banyak (bisa dilihat di tulisan sebelumnya). Pemilik kebijakan pendidikan harus dengan cermat mendjugment peserta didik dengan nilai yang menjadi pacuan akhir, kita sama-sama tahu bahwa T. Alfa Edison dan A. Einstain dianggap bodoh dari  gurunya tapi apa yang berhasil dia lakukan malah melebihi gurunya, artinya pendidikan itu dinamis, setiap siswa mempunyai kecerdasan yang lain, jika ada kecerdasan psikomotorik, kognigtif dan afektik maka seharusnya pemerintah itu sadar bahwa Ujian Nasional harus segera di hentikan dan diganti dengan ujian daerah serta hanya menjadi indikator atau pemetaan diaman lokasi daerah yang perlu diintensifkan. Pembebanan mata pelajaran yang terlalu padat lebih baik di kurangi dan anak disalurkan minat dan bakatnya sesuai kemampuan dan keinginannya, terus terang beban anak terlalu banyak, mungkin guru bisa pintar karena hanya mengajar satu mata pelajaran tapi anak?? Delapan mata pelajaran lebih harus dia lewati, sungguh berat menjadi anak zaman sekarang, semoga pemilik kebijakan pendidikan bisa bijak dalam mendidik kebijakananya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar