Bulan Juni adalah Bulan Sukarno! Saya banyak melihat spanduk bertuliskan demikian, suatu romantisme sejarah yang wajar saja terjadi. Melihat kharisma serta kegigihnya sang proklamator maka sebagai rakyat biasa saya amat mencintai beliau. Ir Sukarno adalah founding father bangsa ini, perannya nampaknya hanya bisa tergantikan oleh rekan seperjuangan beliau yakni Bung Hatta, walaupun demikian sebenarnya kedua Proklamator ini mempunyai dinamika masing-masing namun keduanya tetap dwi-tunggal yang kita hormati. Saya kali ini tidak membahas biografi bung Karno dan tidak menceritakan secara runut peristiwa sejarah yang telah beliau lewati, namun saya akan mencoba memahami jalan pikiran beliau.
Bung Karno bersama Fidel Castro (kuba) |
Jika kita berbicara tentang Bung Karno,
maka kita harus memisahkan terlebih dahulu Sukarno sebagai seorang pemikir dan
seorang politikus. Sukarno muda adalah pemikir yang radikal, massif dan
nasionalis sejati. Dalam buku Dibawah bendera revolusi jilid I bung Karno mencoba menggabungkan
pemikiran Nasionalis, Agama dan Marxis yang nanti akan diaplikasikannya pada
zaman Demokrasi Terpimpin “NASAKOM” (1959). Bung karno adalah seorang
Nasionalis yang ingin menyatukan bangsa Indonesia, dia paham betul bahwa
memerdekakan bangsa lebih penting dibanding perkakas alat aparatur negara (pada
pra kemerdekaan Indonesia). MARHAEN adalah buah pikir orisinil bung Karno,
Marhaen adalah istilah bagi pembeda PROLETAR di Eropa, mempunyai alat kerja
tapi tetap miskin, itulah Marhaen, yang nantinya menjadi basis massa pada
partai yang ia buat Partai Nasional Indonesia (PNI). Bung karno adalah pencinta
seni, memiliki artistik yang tinggi, hal itu ia ungkapkan dalam buku “soekarno;
penyambung lidah rakyat”, sementara dibuku tersebut Bung Karno mengatakan ia
adalah manusia yang punya segudang ketertarikan, baik yang bersifat positif
maupun negatif, sehingga dikatakan “aku dipuja sebagai dewa dan dibenci
sebagai…” Bungkarno juga seorang penggagas dasar negara yakni PANCASILA. Lima
butir yang bisa diperas menjadi tiga butir dan jika diperas kembali menjadi
satu butir; NASIONALISME. Sunguh saya mencintai bung karno sebagai seorang
pemikir.
Sementara itu bung Karno sebagai Politikus
dimulai pada paska kemerdekaan Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar (1949)
Bung karno yang mulai Pragmatis, memang ide menggayang NEOKOLIM (Neo
Kolonialisme dan Imperialisme) sangat brilian, dengan mengadakan Konferensi
ASIA-AFRIKA dan KTT Non Blok. Namun Bung Karno lupa bahwa manifesto yang ia
buat tidak menuju bumi tapi langit. Rakyat dipaksa membuat monumen, padahal
perut mereka tidak terisi. Gejolak sosial semakin menjadi, saat Bung Karno
mulai condong ke arak Kiri (Blok Komunis), padahal ia yang memprakarsai KTT Non
Blok?! Kemudia kedekatan Indonesia dengan China membuat kestabilan politik memanas,
Partai Komunis Indonesia (PKI) merasa diatas angin akan memenangkan pemilu ke
dua setelah pada pemilu pertama (1955) mereka menjadi empat besar pemenang
pemilu, apalagi kedekatan pemerintah dengan Cina akan membuat PKI dapat belajar
(meminta bantuan) dengan Partai Komunis Cina (PKC). Sukarno juga memulai perang
dengan Neokolim dengan melawan pembentukan Malaysia, dengan slogan GANYANG
MALAYSIA! berharap dunia simpati dengan perjuan negara Indonesia yang baru
merdeka ini. Tuntutan dilayangkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jika
Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap PBB. Akhirnya Malaysia diterima
dan Indonesia keluar dari PBB. Garis Besar Haluan negara yang berdasarkan
MANIPOL USDEK juga hanya bersifat teoritis, Kemudian pengangkatan Sukarno
menjadi presiden seumur hidup oleh MPRS adalah suatu pengkhianatan demokrasi,
pemerintah seumur hidup hanya ada di sistem monarki, apakah kita kan berjalan
mundur?? Ide-ide Sukarno sebagai politikus yang ingin menyebarkan Pancasila
keseluruh dunia belum berhasil, slogan yang ia buat akhirnya menghampirinya
dalam bentuk yang lain. Peristiwa G.30S adalah klimaks dari kebijakan politik
yang menggantung. Kekuatan partai politik dan peran Militer dalam dinamikanya
membuat Sukarno harus berhenti menjadi kepala negara yang sudah diangkat seumur
hidup.
Soe Hok Gie dalam buku catatan seorang
demonstran berkata “aku yakin bahwa Bung karno adalah manusia yang baik dan
tragis hidupnya. Mungkin ia pernah membuat kesalahan politik yang besar, akan
tetapi salah satu sebabnya adalah pembantu-pembantunya sendiri…” saya melihat
bung Karno masih terkena pengaruh Feodal, dimana hanya ling kup kerajaan yang
dapat berbincang dengan raja, dan dizaman moderen raja di ganti dengan presiden
dan abdi dalem diganti dengan menteri. Soe Hok GIe menanbahkan “ Bung Karno
seolah dijadikan tawanan dalam sangkar emas. Tanpa koneksi jangan harap dapat
mejumpai beliau. Dan dalam suasana seperti ini ada suatu otak yang secara
sistematis berusaha “mendekandensikan”nya. Sungguh bung Karno walaupun ada sisi
buruknya namun jangan dilupakan pula kebaikkannya. Bung Karno, terima kasih.
Jasamu akan selalu kami kenang. Mengutip judul pidato yang terkenal di
mahasiswa sejarah “JAS MERAH” jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar