(Menariknya Pemilu mini metropolitan)
Hanya ada satu kata yakni,
MENARIK!! Setelah saya mengamati dan menelaah apa yang terjadi maka ada fakta
politik yang terjadi pada saat Pemilukada Tanggal 11 Juli 2012. Pertama, banyaknya para calon pendaftar
sebagai Bakal Calon sehingga terkompres menjadi enam calon Gubernur dan wakil
gubernur. Jelas, dengan enam calon ini merupakan refleksi kota jakarta yang
plural dan tidak seperti pemilukada kemarin yang cuma dua pasang calon. Kemudian
yang mencalonkan diri adalah macan-macan Partai. Siapa yang tidak kenal Alex
Noerdin? Hidayat Nur Wahid, Jokowi dan tentunya incombent Fauzi Bowo?? Dan kedua, munculnya poros (independen)
yakni Faisal dan Hendarmaji. Independen sebagai sarana penduduk Jakarta yang
sudah tidak percaya pada orang partai (tentu orang partai gusar, karena ini
dianggap pemecah suara mereka) ketiga
pada masa kampanye dan sesudah kampanye, banyak pihak yang menggunakan media on
line sebagai propaganda, jelas ini sudah menunjukkan warga jakarta melek dengan
teknologi, sehingga KPU tidak bisa menindaklanjuti kejadian tersebut karena hal
itu tidak diatur dalam undang-undang KPU. Keempat,
baru beberapa jam bilik suara di tutup tapi hasil quick count sudah memberitahukan bahwa pasangan Joko wi dan Ahok
menjadi peringkat pertama lalu Fauzi dan Nachrowi menjadi peringkat dua, dan
perolehan suara mereka dibawah dari 50% sehingga harus dilakukan pemilukada putaran ke
dua.
joko wi dan ahok sang fenomenal dari solo |
Saya tertarik dengan sosok Joko
wi, Joko wi harus banyak berterima kasih kepada media massa. Saya menggangap jika
Joko wi (memang) menang di tahap awal adalah keinginan media massa. Publik
atau pemilih tergantung media massa.! Media televisi sering sekali membicarakan
mobil SMK (sebelum Joko wi maju menjadi calon Gubernur) atau melawan atasan
saat membela PKL untuk tidak mendirikan pusat perbelanjaan kapitalis disuatu
tempat. Sementara Foke kurang mendapat apresiasi media massa, dan monumen untuk
mengingat beliau juga nyaris tidak ada sehingga kurang mendapat memori bersama.
Media
massa memberikan wacana segar tentang Joko wi, media memberikan sesuatu
yang dianggap rasional dengan memberikan contoh kota yang telah ia pimpin,
serta tingkat kepercayaan oang-orang kecil didaerah tersebut.
faisal-biem calon indipenden |
Terlepas dari peran media massa,
peran partai juga sangat besar, lihat betapa kuatnya solidaritas PKS terhadap
Hidayat Nur Wahid?! Tapi sisi menarik dari Golkar yang tidak mendapat banyak
suara pada pasangan Alex-Nono dan dibawah dari pasangan non partai seperti
Faisal-Biem. Lalu Fauzi tidak mendapatkan suara mayoritass dikarenakan dilema
dari partai pendukung mereka yakni Demokrat. Tapi Joko wi yang “terkesan” tidak
peduli dengan partai malah mendapatkan nilai tertinggi menurut quick count. Tapi apakah yang terjadi
dengan partai-partai ini? Mengapa menurunkan macan-macan partai??apakah terkait
dengan Pemilu 2014?? Atau ingin menguasai sentral pemerintahan?? Atau mengamankan
lahan basah?? Atau memang benar-benar mempunyai niat tulus membereskan jakarta
walaupun berasal dari luar jakarta??(luhur sekali cita-cita mulai itu)
PKS punya peran penting di Pemilukada putaran 2 |
Lalu kemudian masalah golput
juga masih tinggi, sekitar 30 persen lebih, artinya jika kita lihat ,banyak
pemilih yang “sebenarnya” masih ragu dengan kapasitas pencalon maupun “apatis”
dengan keadaan yang ada dengan contoh berlibur (karena bertepatan pencoblosan
dengan libur sekolah). Yang pasti, dengan jumlah golput yang begitu besar serta
pendistribusian kartu pemilih ataupun curat marutnya pemilukada, harus menjadi
koreksi dari KPUD Jakarta.
Baiklah, sekarang kita siap
menuju putara kedua jika hasil quick
count benar adanya, tapi kita harus menunggu tanggal 20 Juli 2012 untuk
kepastian yang resmi dari KPUD Jakarta. Jika memang benar apa yang terjadi tadi
maka saya berpikir akan ada gubernur baru (jika) salah satu pasangan calon
berhasil menggaet PKS atau mengharap suara dari para pemilih Independen memilih
mereka. tapi saya berfikir pemilih Jakarta cukup pintar dengan mengharap “media
massa” sebagai penerang wacana mereka, jadi menurut pendapat pribadi saya, yang
menentukan pemenang pemilukada putaran kedua adalah media massa bukan
partai.!