Mengenai Saya

Foto saya
jika saya menilai diri saya sendiri maka sudut subjektif akan selalu menemani dengan setia maka alangkah lebih baiknya pembaca blog saya yang menilai tentang saya.

Kamis, 26 Desember 2013

Pengkerdilan ide: berpengaruh hingga 2014



Di abad 20-an banyak sekali pemikiran yang berkembang, dari paham liberalisme muncul kapitalisme yang membicarakan masalah ekonomi serta muncul pula Sosialisme yang membahas kaum buruh yang menjadi korban dari kapitalisme lalu muncul pula pemikiran Komunisme sebagai bentuk ekstrim dari sosialisme. Semua pemikiran ini berada di Eropa. Penjajahan Belanda di Indonesia juga membuat pemikiran politik di Eropa sampai di Indonesia. Para akademisi yang belajar di Belanda seperti Sutan Sjahrir dan Muhammad Hatta turut serta menyakini paham sosialisme sebagai pandangan berpolitik. Sukarno sebagai bapak Nasionalisme mendirikan partai Nasional dan menjadikan Marhaenisme sebagai landasan berfikir (Marhaen adalah konsep proletar Indonesia, beda Proletar dan Marhaen adalah alat produksi. Proletar tidak memiliki alat produksi, sedangkan Marhaen mempunyai alat produksi tapi tetap miskin). Dari tokoh Komunis terdapat Tan Malaka yang menjadi orang nomer satu dicari oleh pemerintah kolonial Belanda karena kegiatannya yang mengkordinir pemogokan massal di Semarang serta Surabaya. Selain Tan Malaka ada pula Musso serta Semaoen. Mereka adalah orang-orang Komunis yang menjadi pemimpin PKI. Selain Komunis terdapat pula kaum agamawan yang membuat organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama seperti KH ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari.
Sutan Sjahrir
Setelah Indonesia mencetuskan kemerdekaan pada tahun 1945 para pemimpin nasional dari berbagai ideologi mengisi kabinet yang berbentuk parlementer. Pertarungan ideologi dan gagasan tidak berhenti dalam bentuk pikiran, kadang kekerasan di graas-root juga mempengaruhi. Situasi yang revolusioner mempengaruhi cara pikir serta tindakan para pemimpin nasional. Belanda yang menginginkan kembali menjajah Indonesia juga memperalat orang-orang Indonesia agar membatu Belanda melemahkan Indonesia dari bidang militer dan ekonomi.
Tahun 1960-an adalah bentuk jelas polarisasi pemikiran. Sukarno yang saat itu menjadi Presiden mencetuskan ide lama mengenai Nasakom (Nasional Agama Komunis). Walau nanti pada tahun 1965 PKI melakukan kudeta sehingga membuat efek Sukarno harus menyerahkan jabatan presiden kepada Soeharto namun ide integrasi bangsa melalui Nasakom tetap harus diapresiasi.
Partai Komunis Indonesia
Tahun 1970-an partai politik mulai dikerdilkan, yang awalnya sejumlah 10 menjadi 3 partai dengan asas mutlak yakni Pancasila. Ideologi Komunis menghilang dengan adanya Tap MPRS yang melarang membuat Partai Komunis. Sementara itu golongan Agama terpusat menjadi satu Partai yakni PPP walaupun diwajibkan menerima Pancasila sebagai asas. Sementara golongan Marhaen menjadi Partai Demokrasi Perjungan. Partai yang semakin sedikit membuat pemikiran semakin sedikit, kontrol Orde Baru terhadap pemikiran juga sangat ketat.
Imbas dari kontrol organisasi mempengaruhi pemikiran. Saat pemerintahan Orde Baru Organisasi Masyarakat yang adapun berafiliasi kepada pemerintah. Organisasi KNPI dianggap kepanjangan tangan oleh Pemerintah. Hal ini membuat apatis para pemuda yang tidak percaya organisasi pemerintah.
Runtuhnya Orde Baru membuat pemikaran yang tadinya tersumbat menjadi mencair. Organisasi banyak bermunculan. Euphoria mengenai kebebasan berpendapat kembali bergelora. Munculnya ormas-ormas menandakan adanya kebebasan hak untuk berpendapat. Namun sayang, ormas-ormas yang bermunculan (terutama di Jakarta) berbasis suku dan agama.
Issu SARA sangat sensitive di Indonesia, banyaknya ormas yang berlandaskan SARA adalah menandakan kemerosotan cara berfikir bangsa ini. Mereka membuat ormas kedaerahan yang bertujuan membentuk integritas bangsa, namun bukankah dalam bentuk kedaerahan malah menjadi eksklusif? Dan ormas keagamaan menjadi polisi masyarakat menjadi sebuah anti thesis aparat kepolisian yang dianggap gagal menjaga masyarakatnya?
Sementara Partai politik yang ada saat ini juga kabur mengenai pandangan politiknya, saya menyangsikan banyak partai mengerti mengenai ideologi dasar partai mereka, pandangan politik yang sempit bisa dilihat dari banyaknya “kutu loncat” politisi yang senang berpindah partai. Kekeringan ide dan gagasan ini membuat Indonesia seperti tanpa visi menjelang 2014. Pemilihan Umum yang memilih anggota DPR seperti kehilangan gairahnya, dan calon Presiden tidak ubahnya seperti ritual tahunan yang apapun dan siapapun pemenangnya tidak merubah Indonesia.